Senin, 05 Desember 2011

Kegagalan Ekonomi dan Bangsa yang Kian Rapuh

Oleh Sigit Wibowo, JAKARTA — Bangsa ini harus berada di bawah payung IMF dan Bank Dunia untuk keluar dari krisis ekonomi global. Begitulah pernyataan salah seorang pejabat eselon I Departemen Keuangan dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh Kedutaan Inggris di Jakarta beberapa waktu lalu.
Daya tarik lembaga-lembaga donor seperti IMF dan Bank Dunia tersebut betul-betul membelenggu intelektual atau ekonom Indonesia. Sampai-sampai, dalam pemahaman para ekonom neoliberal (ekonom pasar bebas) yang sekarang mengelola perekonomian, bangsa Indonesia tidak bisa hidup tanpa kehadiran IMF dan Bank Dunia. Ekonomi pasar dengan peran negara yang amat minim, akhirnya diyakini secara mentah-mentah mampu membawa kejayaan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
Meskipun lebih dari 43 tahun Indonesia membangun perekonomian dengan prinsip pasar, sebenarnya bangsa ini terus-menerus berada pada terowongan gelap. Terbukti hingga kini, bangsa Indonesia tak jua menemukan cahaya kesejahteraan dan kejayaan yang dijanjikan para ekonom tersebut.
Bahkan, pascakrisis ekonomi 1998, di mana bangsa ini sangat getol menerapkan ekonomi pasar, kondisi perekonomian justru makin memburuk. Pelan tapi pasti, satu per satu sumber daya alam dan aset yang dimiliki rakyat Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa, jatuh ke tangan asing.
Ekonom-ekonom neoliberal menganggap hal ini sebagai proses biasa sebagai bagian dari globalisasi dan liberalisasi ekonomi. Kenapa pertanyaan yang sama tidak mereka ajukan kepada Amerika Serikat (AS) yang menjadi panutan dan suri teladan ekonom kapitalis.
Kita tidak bisa membayangkan betapa besar kemarahan rakyat AS jika perusahaan-perusaha an keuangan, seperti Citigroup, JP Morgans, dan lain-lain, karena nyaris bangkrut dibeli oleh China. Analogi yang sama juga terjadi di Indonesia, di mana pemerintah menjual murah aset bank-bank pascakrisis.
Pertarungan Kedaulatan
Ekonom Tim Indonesia Bangkit Iman Sugema menyatakan, pada kenyataannya ekonomi pasar yang diterapkan di Indonesia justru menghasilkan 5K, yakni kesengsaraan, kesenjangan, kemunduran, ketergantungan, dan kerentanan. Siapa pun presiden yang berkuasa bukan merupakan jawaban untuk mengatasi kesemrawutan pengelolaan ekonomi di Indonesia. Akar masalah kegagalan ekonomi bangsa ini adalah bercokolnya para ekonom pasar yang secara ugal-ugalan memfasilitasi para pemodal asing untuk menguliti bumi Indonesia dan mencabik-cabik harga diri bangsa ini.
Ekonom Universitas Gadjah Mada Revrisond Baswir menyatakan, apa yang terjadi saat ini bukan saja pertarungan ideologi pemikiran antara ekonomi neoliberal produk AS melawan ekonomi konstitusi produk para founding father’s, tetapi sudah berada pada pertarungan kedaulatan. Indonesia sama sekali tidak lagi berdaulat mengatur perekonomian nasional. Semua sektor vital sudah dikuasai asing secara merajalela.
Sektor energi, perbankan, air, dan telekomunikasi mayoritas telah dikuasai oleh asing. Dan para pembuat kebijakan ekonomi amat puas jika anak bangsa ini hanya dijadikan kaum pekerja. Padahal, menjadi pekerja dan bukan pemilik merupakan penghinaan besar terhadap harga diri dan potensi bangsa Indonesia.
Ekonom UI M Chatib Basri dalam sidang di Mahkamah Konstitusi (MK) beberapa waktu lalu menyatakan kepada para ekonom pengkritik pemerintah sebagai ekonom yang berpikiran sempit dan picik.
“Kantongi dahulu nasionalismemu”, begitu dengan lantang ia berucap. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya dosis obat bius yang telah disuntikkan berbagai text book Fakultas Ekonomi produk neoliberalisme. Tidak ada tempat lagi bagi nasionalisme dan kedaulatan ekonomi di tengah terang benderangnya arus globalisasi. Begitulah keyakinan para ekonom yang saat ini mengelola perekonomian bangsa.
Salah Kaprah
Ichsanudin Noorsy selaku pengusung ekonomi konstitusi atau ekonomi yang mendasarkan pada warisan para pendiri negara, yakin bahwa ekonomi pasar bebas merupakan jawaban kegagalan pembangunan ekonomi Indonesia. Pemikiran bahwa nasionalisme dan kedaulatan ekonomi sudah usang merupakan penilaian salah kaprah. Saat ini krisis ekonomi global telah membuat lembaga-lembaga keuangan di AS dan negara-negara maju lain menjadi oleng, dan pemerintahan di negara-negara tersebut berjuang habis-habisan demi semangat nasionalisme.
Barrack Obama dengan lantang membuat kebijakan-kebijakan ekonomi yang melindungi kepentingan nasional, meski harus menabrak prinsip-prinsip pasar bebas sekalipun. Hal ini terlihat dari slogan-slogan agar membeli produk AS, menyelamatkan sektor-sektor perekonomian strategis dari kebangkrutan, dan kebijakan proteksi lainnya.
Namun di sisi lain, hal itu sama sekali tidak menggugah sedikit pun hati para ekonom yang mengelola perekonomian Indonesia. Mereka tetap dengan gagah berani ingin memperkuat pasar bebas di Indonesia melalui payung IMF dan Bank Dunia.
Soekarno, salah satu founding father’s bangsa kita sejak awal telah mewanti-wanti generasi penerus untuk tidak menjadikan bangsa ini sebagai bangsa kuli, atau membiarkan orang Indonesia menjadi kuli di antara para bangsa. Soekarno paham betul bahwa permasalahan terbesar bangsa ini bukan saja karena penjajahan langsung oleh bangsa lain, namun penjajahan bangsa lain dengan menjadikan elite-elite pribumi terdidik sebagai perpanjangan tangannya di negeri ini. Duh nasib..bangsaku. Sampai kapan bangsa ini terus begini?

Minggu, 16 Oktober 2011

Negara Maju Rencanakan Pemulihan Ekonomi

Ilustrasi: Kalkulator
Ilustrasi: Kalkulator
MARSEILLE - Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara maju memperdebatkan cara pemulihan ekonomi dunia yang goyah.


Pembicaraan oleh negara-negara yang disebut G7 di Marseille, Prancis, hari ini berputar pada ruang lingkup untuk menstimulasi pertumbuhan ketika suku bunga sudah rendah dan utang pemerintah yang tinggi. Demikian seperti dikutip dari AP, Jumat (9/9/2011).


Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengajukan permintaan anggaran USD447 miliar untuk menciptakan pekerjaan. Tapi di Eropa, banyak pemerintah memiliki ruang gerak sedikit karena sulitnya menerapkan pemotongan penghematan.


Kanselir Inggris George Osborne kepada wartawan di London hari ini menyatakan, "rencana penghematan Inggris adalah batu stabilitas ekonomi kita yang dibangun".


Sementara, Ketua Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde memperingatkan. "Konsolidasi, jika terjadi terlalu cepat, akan melukai ekonomi dan memperburuk prospek pekerjaan," imbuhnya. (wdi)

Menkeu: Ekonomi Dunia Hanya Akan Tumbuh 1%

Menkeu Agus Martowardojo
Menkeu Agus Martowardojo
JAKARTA - Krisis global yang terjadi sekarang ini bisa semakin memburuk. Bahkan, jika kondisi ini terus berlanjut pertumbuhan perekonomian dunia diprediksi hanya akan mencapai satu persen saja.


Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Agus Martowardojo dalam Rapat Koordinasi Penyelesaian RUU APBN 2012, di Gedung Dhanapala, Kemenkeu, Jakarta, Senin (17/10/2011).


"Kondisi sekarang dibanding tiga minggu yang lalu lebih buruk. Yang paling kena dampaknya adalah ekonomi negara maju yang  hanya bisa tumbuh 1,5 persen, kalau negara berkembang hanya enam persen. Tapi kalau ini terus memburuk, perekonomian dunia hanya akan tumbuh satu persen," ungkapnya.


Lebih lanjut dia mengatakan ada lima peringatan utama dalam krisis global yang harus diwaspadai sekarang ini, di antaranya adalah peningkatan risiko di Eropa yang semakin buruk. "Intensifikasi risiko di Eropa, akan sangat menjadi-jadi. Karena pengelolaan fiskal dan perbankan dan likuiditas serta politiknya mereka masih membutuhkan kesepakatan negara Eropa," jelas Agus.


Selain itu, masalah perlambatan pertumbuhan perekonomian di Amerika Serikat (AS) juga harus menjadi perhatian untuk diwaspadai, karena Negara berjulukan Paman Sam itu belum menemukan jalan keluar masalahnya. "Kemudian di Amerika, perlambatan ekonomi Amerika, ada faktor fiskal, masalah perumahan yang belum selesai," imbuhnya.


Kemudian adanya shock global sovereign debt yang membuat harga surat utang negara (SUN) atau Surat berharga Negara (SBN) negara negara akan berpengaruh dan ini juga akan sangat berpengaruh ke Indonesia.


Serta adanya overheating perekonomian di negara berkembang dan risiko konflik di Timur Tengah yang semakin memburuk. "Risiko di timur tengah, sesuatu yang lebih buruk. Ini note kita untuk ke depan," pungkasnya. (wdi)

Ratu Atut: Pengembangan Ekonomi Banten Berbasis Sumber Daya Unggulan

Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah (ist)
Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah (ist)
SERANG - Setelah pondasi pertumbuhan ekonomi telah terbangun selama 11 tahun berdirinya Banten, maka lima tahun ke depan (2012-2017) skenario pembangunan harus lebih dititikberatkan pada penguatan dan pemantapan yang didasari semangat kebersatuan dan pembaruan.

"Pemantapan struktur ekonomi masyarakat ke depan harus berbasis pada sumber daya unggulan daerah dengan dukungan infrastruktur ekonomi wilayah yang memadai," kata Cagub Incumbent Hj Ratu Atut Chosiyah, di Serang, Jumat (7/10/2011).

Oleh sebab itu, lanjut Ratu Atut, ia akan memberikan prioritas pembangunan infrastruktur fisik hingga ke tingkat pedesaan dengan alokasi dana Rp1 miliar per satu kecamatan yang penyaluran dan pengelolaannya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Pedesaan (PNPM-MP).

"Untuk menggugah partisipasi masyarakat, penggunaan dana tersebut diserahkan sepenuhnya kepada musyawarah antara PNPM, Muspika, alim ulama, dan seluruh elemen masyarakat di kecamatan. Biarkan masyarakat mengembangkan kreatifitasnya dalam memanfaatkan dana tersebut," kata wanita pertama dan satu-satunya yang menjadi gubernur di Indonesia ini.

Selain itu, lanjut Atut, tenaga kerjanya juga menyerap sebanyak mungkin dari tenaga lokal, sehingga akan mengurangi angka pengangguran di satu sisi dan meningkatkan keberdayaan perekonomian rakyat. "Dana tersebut dimaksudkan sebagai upaya percepatan pembangunan secara merata di Banten," tandasnya.

Dijelaskan, empat kebupaten dan empat kotamadya di wilayah Banten memiliki sumber daya unggulan yang berbeda-beda. Ambil misal, wilayah Pandeglang dan Lebak yang memiliki sumber daya pertanian sangat besar akan difokuskan untuk memperkuat struktur dan kualitas ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian.

Berbeda dengan Kota Cilegon dan Serang, yang akan menjadi basis transformasi budaya masyarakat agraris menjadi industri, tetapi dengan tetap mempertahankan norma-norma dan kearifan lokal.

Sementara untuk penyediaan infrastruktur yang mendukung ekonomi wilayah dan infrastruktur yang menghubungkan pertumbuhan ekonomi antarwilayah akan difokuskan di wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

"Misalnya infrastruktur transportasi, terminal agro, kelembagaan pasar, akses modal usaha rakyat, pengembangan teknologi tepat guna serta jaringan promosi dan pemasaran agro," kata Atut.

Skenario tersebut akan dapat berjalan dan bergerak dengan dinamis, manakala tata kelola penyelenggaraan pemerintahan lebih bersih dan kuat. Oleh sebab itu, pada lima tahun ke depan sudah saatnya semangat pembaruan benar-benar diimplementasikan ke dalam program reformasi birokrasi.

Antara lain, sambung Atut, dengan merestrukturisasi, merefungsionalisasi dan revitalisasi lembaga-lembaga pemerintahan, masyarakat, adat ke arah entrepreneurship government. Tentu saja, hal ini juga harus didukung oleh teknologi informasi dan telekomunikasi.

Menurut Atut, perekonomian Banten akan mampu berkembang dengan pesat apabila dilakukan pengembangan kelembagaan sosial-ekonomi masyarakat di bidang pertanian dalam arti luas dan pengembangan kesetaraan antara dunia pendidikan dan dunia usaha, serta pengemangan sumberdaya manusia di bidang teknologi informasi.

Pengembangan Wilayah

Ketika disinggung mengenai skenario pengembangan wilayah, Ratu Atut mengatakan, strategi tersebut akan menyasar Kawasan Bandara Soetta, Kawasan Pelabuhan Bojonegara dan Kawasan Stasiun Rangkasbitung. Di setiap kawasan akan diberikan fokus, Bandara Soetta misalnya, berupa pengembangan wilayah strategis dengan dukungan aksessibilitas jaringan transportasi darat.

Sedangkan di Bojonegara akan menjadi fokus penyedian aksesibilitas jaringan transportasi barang dan penyediaan infrastruktur dasar penunjang pelabuhan. Kemudian di Kawasan Stasiun Rangkasbitung, akan lebih diprioritaskan pada penyerdiaan jaringan transportasi rakyat dan usaha agro dalam memperlacar sistem distribusi dan produksi agro.

"Hal ini tentu saja lima tahun ke depan, saya akan berusaha memfungsikan kembali jaringan kereta api yang sudah lama tak berfungsi sebagai modal utama. Ini menjadai bagian dari pengembangan feeder system dan koridor dalam menunjang fungsi multigates system," demikian kata Ratu Atut. (//wdi)